FLAME SENSOR
1. Tujuan [kembali]
-merangkai rangkaian dengan menggunakan sensor flame atau api
-menguji rangkaian sensor api apabila mendeteksi api
2. Alat dan Bahan [kembali]
-flame sensor
Gambar 2.1 Flame Sensor
-led
Gambar 2.2 LED
-logicstate
Gambar 2.3 Logicstate
-ground
Gambar 2.4 Ground
-DC power
Gambar 2.5 VCC
3. Dasar Teori [kembali]
Pengertian Sensor
Flame
detector sendiri digunakan untuk mendeteksi keberadaan api dengan memakai
sensor optik. Pada prinsipnya api bisa dideteksi berdasar keberadaan spektrum
cahaya infrared maupun ultra violet. Namun,ada sumber cahaya lain yang bukan
api dan turut menyumbang emisi cahaya pada gelombang infrared ataupun
ultraviolet,seperti kilatan petir,welding arc,metal grinding,hot
turbine,reactor,dll. Sumber lain ini dapat mempengaruhi kinerja flame detector
dan dapat menimbulkan alarm palsu. Untuk mencegah alarm palsu,produk flame
detector saat ini menggunakan kombinasi antara pendeteksi gelombang infrared
maupun ultra violet supaya tidak terjadi false alarm, biasanya orang nyebutnya
UV/IR Flame Detector.
Gambar 3.1 Flame Sensor
-Detektor ultraviolet
Detektor ultraviolet (UV) bekerja dengan mendeteksi radiasi UV yang dipancarkan pada saat penyalaan. Sementara mampu mendeteksi kebakaran dan ledakan dalam 3-4 milidetik, penundaan waktu 2-3 detik sering dimasukkan untuk meminimalkan alarm palsu yang dapat dipicu oleh sumber UV lain seperti petir, pengelasan busur, radiasi, dan sinar matahari. Detektor UV biasanya beroperasi dengan panjang gelombang lebih pendek dari 300 nm untuk meminimalkan efek radiasi latar belakang alami. Pita panjang gelombang UV surya buta juga mudah dibutakan oleh kontaminan berminyak.
-Near infrared (IR) array flame detector (0,7 hingga
1,1 μm), juga dikenal sebagai detektor nyala visual, menggunakan teknologi
pengenalan api untuk mengkonfirmasi api dengan menganalisis radiasi IR dekat
menggunakan perangkat charge-coupled device (CCD). Sensor near infrared (IR)
khususnya dapat memantau fenomena nyala api, tanpa terlalu banyak hambatan dari
air dan uap air. Sensor piroelektrik yang beroperasi pada panjang gelombang ini
bisa relatif murah. Beberapa saluran atau sensor array pixel yang memantau api
di pita IR dekat merupakan teknologi yang paling andal yang tersedia untuk
mendeteksi kebakaran. Emisi cahaya dari api membentuk gambar nyala api pada
saat tertentu. Pemrosesan gambar digital dapat dimanfaatkan untuk mengenali api
melalui analisis video yang dibuat dari gambar IR yang dekat.
-Detektor api inframerah (IR) atau inframerah pita
lebar (1,1 µm dan lebih tinggi) memantau pita spektrum inframerah untuk pola
tertentu yang dilepaskan oleh gas panas. Ini dirasakan menggunakan kamera
pencitraan api pemadam kebakaran khusus (TIC), sejenis kamera termografi. Alarm
palsu dapat disebabkan oleh permukaan panas lainnya dan radiasi termal latar
belakang di area tersebut. Air pada lensa detektor akan sangat mengurangi akurasi
detektor, karena akan terkena sinar matahari langsung. Rentang frekuensi khusus
adalah 4,3 hingga 4,4 μm. Ini adalah frekuensi resonansi CO2. Selama pembakaran
hidrokarbon (misalnya, bahan bakar kayu atau fosil seperti minyak dan gas alam)
banyak panas dan CO2 dilepaskan. CO2 panas memancarkan banyak energi pada
frekuensi resonansinya 4,3 μm. Ini menyebabkan puncak dalam total emisi radiasi
dan dapat dideteksi dengan baik. Selain itu, CO2 "dingin" di udara
menjaga agar sinar matahari dan radiasi IR lainnya disaring. Ini membuat sensor
dalam frekuensi ini "buta surya"; Namun, sensitivitas berkurang oleh
sinar matahari. Dengan mengamati frekuensi kedipan api (1 hingga 20 Hz),
detektor dibuat kurang sensitif terhadap alarm palsu yang disebabkan oleh
radiasi panas, misalnya disebabkan oleh mesin panas.
Detektor api inframerah (IR) atau inframerah pita
lebar (1,1 µm dan lebih tinggi) memantau pita spektrum inframerah untuk pola
tertentu yang dilepaskan oleh gas panas. Ini dirasakan menggunakan kamera
pencitraan api pemadam kebakaran khusus (TIC), sejenis kamera termografi. Alarm
palsu dapat disebabkan oleh permukaan panas lainnya dan radiasi termal latar
belakang di area tersebut. Air pada lensa detektor akan sangat mengurangi akurasi
detektor, karena akan terkena sinar matahari langsung. Rentang frekuensi khusus
adalah 4,3 hingga 4,4 μm. Ini adalah frekuensi resonansi CO2. Selama pembakaran
hidrokarbon (misalnya, bahan bakar kayu atau fosil seperti minyak dan gas alam)
banyak panas dan CO2 dilepaskan. CO2 panas memancarkan banyak energi pada
frekuensi resonansinya 4,3 μm. Ini menyebabkan puncak dalam total emisi radiasi
dan dapat dideteksi dengan baik. Selain itu, CO2 "dingin" di udara
menjaga agar sinar matahari dan radiasi IR lainnya disaring. Ini membuat sensor
dalam frekuensi ini "buta surya"; Namun, sensitivitas berkurang oleh
sinar matahari. Dengan mengamati frekuensi kedipan api (1 hingga 20 Hz),
detektor dibuat kurang sensitif terhadap alarm palsu yang disebabkan oleh
radiasi panas, misalnya disebabkan oleh mesin panas.
Detektor api Triple-IR membandingkan tiga band
panjang gelombang spesifik dalam wilayah spektral IR dan rasio mereka satu sama
lain. Dalam hal ini satu sensor melihat rentang 4,4 mikrometer sedangkan sensor
lainnya melihat panjang gelombang referensi baik di atas maupun di bawah 4,4.
Ini memungkinkan detektor untuk membedakan antara sumber IR non-nyala dan nyala
api aktual yang memancarkan CO2 panas dalam proses pembakaran. Akibatnya,
jangkauan deteksi dan kekebalan terhadap alarm palsu dapat meningkat secara
signifikan. Detektor IR3 dapat mendeteksi api panci bensin 0.1m2 (1 kaki2)
hingga 65 m (215 kaki) dalam waktu kurang dari 5 detik. Triple IR, seperti
jenis detektor IR lainnya, rentan terhadap pembutakan oleh lapisan air pada
jendela detektor.
Kebanyakan detektor IR dirancang untuk mengabaikan
radiasi IR latar belakang yang konstan, yang ada di semua lingkungan. Sebagai
gantinya mereka dirancang untuk mendeteksi sumber radiasi yang tiba-tiba
berubah atau meningkat. Ketika terkena perubahan pola radiasi IR non-api,
detektor IR dan UV / IR menjadi lebih rentan terhadap alarm palsu, sementara detektor
IR3 menjadi agak kurang sensitif tetapi lebih kebal terhadap alarm palsu.
Grafik Sensor Api
Gambar 3.2 Grafik Flame Sensor
4. Rangkaian dan Prinsip Kerja[kembali]
Gambar 4 Rangkaian Flame Sensor
pada
rangkaian ini supply yang digunakan adalah 12 v kemudian akan
distabilkan oleh ic 7805. kemudian jika sensor berlogika 1 maka akan ada tegangan dari sensor dan arus akan mengalir ke kaki basis transistor dan mengaktifkan
transistor, setelah transistor aktif maka arus dari kaki kolektor akan
mengalir dan melewati transistor kemudian menuju ke amplifier non inverting dan terjadi penguatan sebesar 2.6 kali kemudian akan menghidupkan motor dan buzzer. sedangkan jika sensor berlogika 0 maka maka tidak ada tegangan dari sensor sehingga tidak ada arus ke kaki basis dan transistor tidak aktif, karena transistor tidak aktif maka tidak ada arus yang menuju ke amplifier dan tidak ada arus ke motor dan buzzer sehingga motor dan buzzer tidak aktif.
6. Link Download [kembali]
Link download video disini
Link download Rangkaian disini
Link download datasheet disini
Link download library flame sensor disini
No comments:
Post a Comment